Erick Thohir: Jabatan Ketum PSSI Tidak Boleh Seumur Hidup

Erick Thohir: Jabatan Ketum PSSI Tidak Boleh Seumur Hidup

Erick Thohir: Jabatan Ketum PSSI Tidak Boleh Seumur Hidup

Erick Thohir, sosok yang sudah tidak asing lagi dalam dunia olahraga Indonesia, pada tahun 2023 kembali mencuri perhatian publik dengan pernyataannya mengenai masa jabatan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Dalam pandangannya, jabatan Ketum PSSI tidak seharusnya bersifat seumur hidup. Pernyataan ini mengundang berbagai tanggapan dari kalangan penggemar sepak bola, analis, dan para pemangku kepentingan dalam industri olahraga di Indonesia.

Reformasi dalam PSSI

Sebagai Ketua Umum PSSI yang terpilih pada akhir 2022, Erick Thohir memang memiliki banyak tantangan di depannya. Setelah bertahun-tahun mengalami berbagai masalah, termasuk skandal dan sabotase di dalam tubuh organisasi, munculnya pernyataan bahwa jabatan Ketum tidak boleh seumur hidup menjadi angin segar bagi banyak pihak yang mendambakan reformasi dalam organisasi sepak bola tanah air.

Erick menekankan pentingnya perubahan dan pengembangan dalam kepemimpinan PSSI. Ia berpendapat bahwa jabatan kepemimpinan di PSSI harus terbuka untuk regenerasi agar organisasi dapat beradaptasi dengan dinamika zaman serta kebutuhan sepak bola di Indonesia yang semakin berkembang. Dengan adanya batasan masa jabatan, diharapkan akan muncul pemimpin-pemimpin baru yang inovatif, berani mengambil risiko, dan memahami sepenuhnya tantangan terdepan dalam dunia sepak bola.

Mendorong Partisipasi Publik

Salah satu poin penting dari pernyataan Erick adalah dorongannya untuk meningkatkan partisipasi publik dan masyarakat dalam proses pemilihan serta pengawasan terhadap PSSI. Dengan memberikan ruang untuk regenerasi kepemimpinan, ia berharap lebih banyak stakeholder—mulai dari klub, penggemar, hingga komunitas sepak bola—dapat berkontribusi dalam membentuk arah organisasi ke depan.

Hal ini relevan karena sepak bola bukan hanya soal pertandingan di lapangan, tetapi juga soal bagaimana organisasi tersebut dikelola secara transparan dan akuntabel. Masyarakat, sebagai pemilik hak atas prestasi tim nasional, seharusnya memiliki suara dalam menentukan siapa yang layak memimpin PSSI.

Tantangan dan Harapan

Namun, langkah ini bukan tanpa tantangan. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa masa jabatan yang panjang dapat memberikan stabilitas dalam organisasi. Ada juga yang khawatir tentang siapa yang akan menggantikan posisi kepemimpinan dan bagaimana kualitas pemimpin tersebut. Oleh karena itu, perlu ada sistem yang jelas dan transparan dalam menentukan suksesi kepemimpinan PSSI yang tidak hanya menjamin kualitas, tetapi juga keterwakilan berbagai pihak.

Lebih jauh, Erick Thohir juga menekankan pentingnya profesionalisme dan integritas dalam kepemimpinan PSSI. Dengan memberikan batasan masa jabatan, diharapkan pemimpin PSSI akan lebih bertanggung jawab dan bekerja keras demi kemajuan sepak bola nasional, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Kesimpulan

Pernyataan Erick Thohir mengenai jabatan Ketua Umum PSSI yang tidak boleh seumur hidup adalah sebuah langkah berani menuju reformasi dalam dunia sepak bola Indonesia. Dengan mendorong regenerasi kepemimpinan, meningkatkan partisipasi publik, dan menekankan pentingnya profesionalisme, diharapkan PSSI dapat berkembang menjadi organisasi yang lebih kompeten dan transparan.

Di tengah tantangan yang dihadapi, harapan besar tertuju pada masa depan sepak bola Indonesia. Jika semua elemen saling bekerja sama dan berkomitmen untuk perubahan positif, bukan tidak mungkin Indonesia akan kembali dikenal sebagai salah satu kekuatan sepak bola di Asia Tenggara. Dengan demikian, perjalanan menuju prestasi yang lebih baik harus dimulai dari kepemimpinan yang baik dan visioner di tubuh PSSI.